RENDEMEN DAN KOMPOSISI MINYAK ATSIRI DAUN KI LEMO (Litsea cubeba) DARI GUNUNG PAPANDAYAN, KAITANNYA DENGAN VARIASI TIPE DAN FAKTOR-FAKTOR HABITAT

Selasa, 07 November 2017

RENDEMEN DAN KOMPOSISI MINYAK ATSIRI DAUN KI LEMO (Litsea cubeba) DARI GUNUNG PAPANDAYAN, KAITANNYA DENGAN VARIASI TIPE DAN FAKTOR-FAKTOR HABITAT






Ichsan Suwandhi1)*, Cecep Kusmana2), Ani Suryani3), Tatang Tiryana4)
1)Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesha No. 10 Bandung, Jawa Barat, 40132
E-mail: ichsan@sith.itb.ac.id
2)Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB Bogor
3)Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB Bogor
4)Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB Bogor
 

Perangkum :
Ahyar Lazva Ramdani
3ID06
30415381

1.    Latar Belakang
Latar belakang yang diambil dari jurnal ini adalah begitu banyak tanaman di negara indonesia salah satunya adalah tanaman yang bernama Litsea cubeba atau nama lainnya ki lemo yang berasal dari famili  Lauraceae. Masalah yang menjadikan latar belakang dari jurnal ini adalah karena pohon ini dikenal sebagai penghasil minyak atsiri pontensial yang digunakan untuk industri-industri farmasi dan kosmetika, sabun, penyegar ruangan dan industri pangan. Permasalahan pokoknya adalah masih sangat terbatasnya dukungan peneliatian bidang ekologi tanaman ini terutama terkait karakteristik habitat yang memberikan konstribusi terhadap kandungan minyak atsiri terbaik atau tertinggi baijk kuantitas maupun kualitasnya, budidaya tanaman baik dalam skala kecil maupun besar belum dilakukan yang menyebabkan indonesia belum menjadi negara produsen minyak atsiri maupun produk-produk berbahan baku dari tanaman ini. Maka dari itu penulis penulis jurnal melakukan sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui variasi rendemen dan komposisi minyak ki lemo dari bagian daun pada empat tipe habitat berbeda, untuk menguji hubungan antara tipe habitat dan kandungan minyak atsiri, dan menentukan faktor-faktor biofisik yang berpengaruh terhadap produksi minyak atsiri.

2.    Bahan dan Metode
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah mengambil sampel dari 4 habitat, yaitu  rumpang (areal terbuka bekas pohon tumbang),  areal bekas perambahan,  areal bekas kebakaran dan  areal bekas sapuan abu vulkanik letusan gunung berapi. Metode yang di gunakan adalah dengan mengambil sampel daun salah satu pohon dewasa, dengan survey dan eksplorasi dengan menempatkan plot-plot pada setiap habitat untuk memperoleh data-data biofisik, dilanjutkan dengan pengujian di laboratorium untuk memperoleh minyak atsiri.
Pengujian secara statistik menggunakan multivariate analysis of variance (MANOVA) digunakan untuk menguji hubungan antara tipe habitat dan kandungan minyak atsiri, dilanjutkan dengan penentuan faktor-faktor biofisik yang berpengaruh terhadap rendemen dan komposisi senyawa menggunakan analisis regresi ganda.

3.    Hasil dan Pembahasan
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah  hasil destilasi terhadapat sampel daun dari empat tipa habitat, diperoleh minyak ki lemo dengan niali yang bervariasi. Hasil rendemen minyak atsiri ki lemo menunjukkan rata rata 3,52% - 7,48% yang dihasilkan dari 2 kali proses destilasi. Secara ekologis diketahui bahwa tipe habitat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap rendemen minyak atsiri, tetapi tidak demikian dengan komposisi kimia. Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat 7 faktor habitat yang berpengaruh terhadap rendemen dan komposisi senyawa minyak atsiri, 4 faktor berpengaruh terhadap rendemen (kelembapan udara, intensitas cahaya, lereng dan rasio CN) dan 3 faktor terhadap komposisi senyawa (kapasitas tukar kation (KTK), porsi liat tanah dan volume tajuk).
Tabel 1. Hasil perhitungan kadar air sampel dan destilasi minyak ki lemo dari empat tipe habitat.


4.    Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan yang dapat diambil dari jurnal ini adalah dilihat dari table diatas dapat disimpulkan bahwa rendemen minyak atsiri yang dihasilkan bervariasi antar tipe habitat (rata-rata 3,52-7,48%), areal bekas kebakaran dan bekas perambahan menghasilkan rendemen tertinggi, sedangkan areal bekas sapuan abu vulkanik menghasilkan rendemen terendah. Bila ditinjau berdasarkan masing-masing lokasi, rendemen tertinggi diperoleh dari lokasi H-04 (areal bekas kebakaran) sebesar 9,33% dan H-13 (areal bekas perambahan) sebesar 9,25%, sedangkan hasil terendah diperoleh dari H-16 sebesar 2,76% (areal bekas sapuan abu vulkanik). Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat 7 faktor habitat yang berpengaruh terhadap rendemen dan komposisi senyawa minyak atsiri, 4 faktor berpengaruh terhadap rendemen (kelembapan udara, intensitas cahaya, lereng dan rasio CN) dan 3 faktor terhadap komposisi senyawa (kapasitas tukar kation (KTK), porsi liat tanah dan volume tajuk).
     Saran yang diperoleh adalah untuk penelitian selanjutnya diperlukan mengetahui kadar minyak atsiri dan penggunaan sampel dalam jumlah yang lebih besar untuk skala produksi agar diperoleh hasil yang lebih teliti.
Sumber : 
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnaltin/article/view/9122/7172.

0 komentar :

Posting Komentar