RENDEMEN DAN KOMPOSISI MINYAK ATSIRI DAUN KI LEMO (Litsea cubeba) DARI GUNUNG PAPANDAYAN, KAITANNYA DENGAN VARIASI TIPE DAN FAKTOR-FAKTOR HABITAT
Ichsan
Suwandhi1)*, Cecep Kusmana2), Ani Suryani3), Tatang Tiryana4)
1)Sekolah
Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung
Jl.
Ganesha No. 10 Bandung, Jawa Barat, 40132
E-mail:
ichsan@sith.itb.ac.id
2)Departemen
Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB Bogor
3)Departemen
Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB Bogor
4)Departemen
Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB Bogor
Perangkum
:
Ahyar
Lazva Ramdani
3ID06
30415381
1.
Latar Belakang
Latar belakang yang diambil dari jurnal ini adalah begitu
banyak tanaman di negara indonesia salah satunya adalah tanaman yang bernama
Litsea cubeba atau nama lainnya ki lemo yang berasal dari famili Lauraceae. Masalah yang menjadikan latar belakang dari jurnal ini adalah karena
pohon ini dikenal sebagai penghasil minyak atsiri pontensial yang digunakan
untuk industri-industri farmasi dan kosmetika, sabun, penyegar ruangan dan
industri pangan. Permasalahan pokoknya adalah masih sangat terbatasnya dukungan
peneliatian bidang ekologi tanaman ini terutama terkait karakteristik habitat yang
memberikan konstribusi terhadap kandungan minyak atsiri terbaik atau tertinggi
baijk kuantitas maupun kualitasnya, budidaya tanaman baik dalam skala kecil
maupun besar belum dilakukan yang menyebabkan indonesia belum menjadi negara
produsen minyak atsiri maupun produk-produk berbahan baku dari tanaman ini.
Maka dari itu penulis penulis jurnal melakukan sebuah penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui variasi rendemen dan komposisi minyak ki lemo dari bagian daun
pada empat tipe habitat berbeda, untuk menguji hubungan antara tipe habitat dan
kandungan minyak atsiri, dan menentukan faktor-faktor biofisik yang berpengaruh
terhadap produksi minyak atsiri.
2.
Bahan dan Metode
Bahan yang digunakan untuk
penelitian ini adalah mengambil sampel dari 4 habitat, yaitu rumpang (areal terbuka bekas pohon
tumbang), areal bekas perambahan, areal bekas kebakaran dan areal bekas sapuan abu vulkanik letusan
gunung berapi. Metode yang di gunakan adalah dengan mengambil sampel daun salah
satu pohon dewasa, dengan survey dan eksplorasi dengan menempatkan plot-plot
pada setiap habitat untuk memperoleh data-data biofisik, dilanjutkan dengan
pengujian di laboratorium untuk memperoleh minyak atsiri.
Pengujian secara statistik menggunakan multivariate
analysis of variance (MANOVA) digunakan untuk menguji hubungan antara tipe
habitat dan kandungan minyak atsiri, dilanjutkan dengan penentuan faktor-faktor
biofisik yang berpengaruh terhadap rendemen dan komposisi senyawa menggunakan
analisis regresi ganda.
3.
Hasil
dan Pembahasan
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah hasil destilasi terhadapat sampel daun dari
empat tipa habitat, diperoleh minyak ki lemo dengan niali yang bervariasi.
Hasil rendemen minyak atsiri ki lemo menunjukkan rata rata 3,52% - 7,48% yang
dihasilkan dari 2 kali proses destilasi. Secara ekologis diketahui bahwa tipe
habitat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap rendemen minyak atsiri,
tetapi tidak demikian dengan komposisi kimia. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
terdapat 7 faktor habitat yang berpengaruh terhadap rendemen dan komposisi
senyawa minyak atsiri, 4 faktor berpengaruh terhadap rendemen (kelembapan
udara, intensitas cahaya, lereng dan rasio CN) dan 3 faktor terhadap komposisi
senyawa (kapasitas tukar kation (KTK), porsi liat tanah dan volume tajuk).
Tabel 1. Hasil perhitungan kadar air sampel dan destilasi
minyak ki lemo dari empat tipe habitat.
4.
Kesimpulan
dan Saran
Kesimpulan yang dapat diambil dari jurnal ini adalah dilihat
dari table diatas dapat disimpulkan bahwa rendemen minyak atsiri yang
dihasilkan bervariasi antar tipe habitat (rata-rata 3,52-7,48%), areal bekas
kebakaran dan bekas perambahan menghasilkan rendemen tertinggi, sedangkan areal
bekas sapuan abu vulkanik menghasilkan rendemen terendah. Bila ditinjau
berdasarkan masing-masing lokasi, rendemen tertinggi diperoleh dari lokasi H-04
(areal bekas kebakaran) sebesar 9,33% dan H-13 (areal bekas perambahan) sebesar
9,25%, sedangkan hasil terendah diperoleh dari H-16 sebesar 2,76% (areal bekas
sapuan abu vulkanik). Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat 7 faktor
habitat yang berpengaruh terhadap rendemen dan komposisi senyawa minyak atsiri,
4 faktor berpengaruh terhadap rendemen (kelembapan udara, intensitas cahaya,
lereng dan rasio CN) dan 3 faktor terhadap komposisi senyawa (kapasitas tukar
kation (KTK), porsi liat tanah dan volume tajuk).
Saran
yang diperoleh adalah untuk penelitian selanjutnya diperlukan mengetahui kadar
minyak atsiri dan penggunaan sampel dalam jumlah yang lebih besar untuk skala
produksi agar diperoleh hasil yang lebih teliti.
Sumber :
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnaltin/article/view/9122/7172.
Sumber :
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnaltin/article/view/9122/7172.
0 komentar :
Posting Komentar